Masturbasi
merupakan aktivitas rangsangan seksual yang wajar dan normal dilakukan pria
maupun wanita. Bahkan menurut seksolog Dr. Deidre, masturbasi dianjurkan
sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah sulit orgasme pada pasangan.
Tapi perlu
diwaspadai jika masturbasi mulai dilakukan secara kompulsif, yang artinya,
kemampuan untuk menahan hasrat seksual tak bisa lagi dibendung sehingga timbul
perilaku seksual yang negatif dan merugikan. Menurut konsultan seks wolipop dr.
Vanda Mustika, "Pada prinsipnya masturbasi aman dilakukan apabila risiko
iritasi dan infeksi dapat diminimalisir."
Ini tanda-tanda jika kebiasaan masturbasi
seseorang sudah masuk dalam tingkat berbahaya, seperti dilansir Your Tango.
1.
Masturbasi Sampai Melukai Diri Sendiri
Frekuensi berapa kali dalam seminggu melakukan
masturbasi, bukan ukuran apakah perilaku seksual mereka normal atau over. Tapi
jika aktivitas mendapatkan kepuasan seksual sendiri itu sudah mencapai tahap
melukai diri sendiri, maka itu bisa dibilang tidak normal atau berlebihan.
Misalnya saja, memasukkan benda-benda asing dan tajam ke dalam vagina (botol
atau bohlam) atau menggesek-gesekkan alat kelamin ke sebuah benda sampai
menimbulkan lecet atau memar. Itu tandanya dia sudah melakukan masturbasi
secara kompulsif dan memerlukan bantuan psikitar atau psikoseksolog.
2. Merasa
Perlu Masturbasi Berkali-kali
Dalam keadaan normal, orang hanya perlu
melakukan masturbasi sesekali sebagai pelepasan kebutuhan secara biologis. Tapi
jika dia merasa harus melakukan 3,4 sampai 10 kali dalam periode waktu yang
berdekatan, itu mengindikasikan bahwa dia menggunakan masturbasi untuk
mengobati masalah emosi atau sebagai pelarian dari stres atau depresi. Jika
mendapati tanda-tanda ini, seseorang harus introspeksi atau meminta bantuan
psikiater.
3.
Mengganggu Hubungan Asmara
Apakah Anda wanita single dan menggunakan
masturbasi sebagai cara untuk mendapatkan keintiman? Atau Anda sudah menikah
tapi menggunakan masturbasi sebagai cara agar aktivitas seksual lebih
memuaskan? Apakah pasangan mulai mengeluhkan tentang kebiasaan masturbasi Anda?
Jika ya, itu berarti perilaku masturbasi Anda sudah bermasalah. Jika seseorang
lebih memilih melakukan masturbasi daripada terlibat dalam keintiman bersama
pasangan, merasa takut akan penolakan dan diabaikan, maka secara tak sadar ia
sudah membuat hubungan asmara maupun pernikahan berada di ujung tanduk.
Sebaiknya konsultasikan keadaan Anda dengan psikolog, konselor pernikahan dan
seksolog.
4.
Mempengaruhi Hubungan Interpersonal Secara Negatif
Saat masturbasi, apakah Anda merasa lebih
terhubung dengan tubuh sendiri, merasakan sensasi menyenangkan atau lebih
percaya diri? Atau sebaliknya, merasa mati rasa, kesepian dan tidak nyaman.
Jika Anda lebih sering merasa tidak terkoneksi dengan fisik dan mental setelah
masturbasi, maka ada masalah psikis yang harus segera diatasi. Karena
kemungkinan mastrubasi hanya sebagai bentuk pelampiasan ketidakpuasan akan
suatu hubungan maupun terhadap diri sendiri.
5. Merasa
Malu Melakukannya
Apakah karena kepercayaan akan suatu agama
tertentu, pandangan masyarakat atau nilai-nilai tertentu yang ditanamkan
keluarga, merasa malu tapi tetap melakukan masturbasi bisa berdampak merusak
pada kesehatan mental. Sangat penting untuk membicarakannya pada orang lain
karena bisa jadi itu merupakan indikasi dari gangguan mental.
6. Berusaha
Menghentikan Kebiasaan Masturbasi Tapi Gagal
Salah satu indikator kebiasaan masturbasi sudah
jadi kecanduan adalah hilangnya kontrol untuk membatasi aktivitas tersebut.
Jika berkali-kali Anda berusaha untuk menghentikan masturbasi dan gagal, ada
kemungkinan Anda jadi ketergantungan dan bisa berefek buruk pada hubungan
suami-istri jika Anda sudah menikah nantinya. Cara terbaik adalah konsultasi
dengan seorang yang profesional untuk mencari solusinya.
7. Jadi
Terobsesi dengan Masturbasi
Anda jadi terobsesi dan merasa asyik sendiri
dengan masturbasi. Jika dalam keseharian atau saat beraktivitas yang Anda
pikirkan hanya apakah bisa masturbasi malam nanti atau dengan cara apa untuk
bermasturbasi hari ini, kemungkinan besar Anda memiliki perilaku yang
bermasalah. Sumber